Selasa, 20 November 2012

Thanks, Phuket! (Part I)

Phuket, salah satu tempat populer di Thailand yang banyak orang Indonesia ingin kunjungi. Konon, katanya Phuket ini sangat indah dengan beberapa pantai yang dimiliki. Tentu saja aku ingin sekali suatu hari ke Phuket. Dan, ternyata Tuhan mengabulkan keinnginanku ini di Maret 2012 lalu. Bertolak dari Krabi dengan menggunakan minivan cukup membuat perjalanan begitu menyenangkan. Kiri kanan jalan aku melihat banyak sekali tebing-tebing yang indah dan sayang untuk tidak diphoto. Minivan yang aku tumpangi ini sangat penuh. Mereka semua adalah bule, kecuali aku dan kedua travelmates-ku. Dini duduk di jok depan dengan seorang bule wanita asal Kanada. Aku dan Gitya duduk di jok paling belakang dengan seorang bule wanita asal Jerman. Wanita itu sibuk sendiri dengan makanannya tanpa basa-basi menawarkan kepada kami yang duduk disampingnya. Berbeda sekali dengan orang Indonesia. Kebanyakan orang Indonesia akan menawarkan makanan ketika ada orang di sekitarnya. Yah, walaupun kadang mereka tidak ikhlas *ups.

Sebelumnya, aku sudah menemukan host via Couchsurfing yang siap menampung kami selama semalam di Phuket. Oleksandr Levtysky a.k.a Sasha, lelaki muda asal Ukraina ini menyetujui permintaanku untuk surf di apartemennya. Dia memberikan petunjuk jalan untuk mencapai apartemennya. Sangat detail.

Sasha
Kami membeli tiket bus untuk ke Phuket di guest house, Baifern Mansion, tempat kami menginap selama di Krabi. Tiket bus dari Krabi ke Phuket seharga 350 baht, tapi kami tawar menjadi 300 baht. Sekitar jam 11 siang, kami dijemput sebuah minivan di guest house. Ternyata perjalanan kami ke Phuket tidak dengan bus, tapi dengan minivan. Minivan ini benar-benar pengap. AC-nya tidak berfungsi sama sekali. Akhirnya semua penumpang membuka jendela. 

Tiba-tiba minivan ini berhenti di sebuah tempat, entah apa namanya. Mungkin sebuah terminal, karena banyak sekali turis yang membawa backpack yang sepertinya mereka ingin pergi ke Thailand bagian lainnya. Kami semua di-drop disana. Di baju kami ditempel tulisan tujuan kemana kami akan pergi dan kami diperintah untuk membentuk kelompok menurut tujuan kami masing-masing. Ternyata dari sekian banyak turis disana, hanya kami bertiga yang berwajah asia.

Tidak lama kemudian, kelompok penumpang yang akan ke Phuket masuk ke minivan dan langsung berangkat. Minivan yang kami tumpangi ini berbeda dengan yang sebelumnya. Untung saja AC-nya berfungsi. Jadi kami tidak perlu membuka jendela lagi. Dini, duduk di jok depan dengan bule wanita asal Kanada. Aku dan Gitya duduk di jok paling belakang dengan bule wanita asal Jerman yang asyik makan tanpa peduli orang yang ada di dekatnya.

Sekitar 2 jam perjalanan, akhirnya kami sampai juga di Phuket. Sopir minivan ini tiba-tiba berhenti disebuah kantor tour and travel agent dan menyuruh kami keluar dari minivan. Padahal penumpang yang ada di minivan tidak ada yang minta turun di tempat tersebut. Tapi karena semua orang yang ada di minivan keluar, kami pun ikut keluar.

"Sepertinya ada yang tidak beres,"batinku. 
"Ada apa ini?" tanya Gitya bingung.
"Entah, semuanya pada turun gini,"Aku ikut bingung.
"What's going on?"Aku bertanya pada seorang lelaki bule yang badannya agak sedikit gemuk dan rambut blonde rapi.
"I have no Idea. Let's find out,"jawabnya singkat sambil masuk ke dalam kantor tour and travel agent tersebut.

Ternyata di dalam kantor tersebut, kami ditawarkan bermacam-macam oleh petugas, mulai dari hotel di Phuket, tour di Phuket, dan lain sebagainya. Walaupun kebanyakan dari kami menolak, mereka tetap memaksa dan aku pun gerah.

"Sorry, I don't need it at all. I have a friend in Phuket. I come here to visit him,"kataku dengan nada yang agak sedikit kesal dan kemudian aku berlalu keluar dari kantor tersebut. Aku berjalan mendekat lelaki bule yang berbadan gemuk tadi.
"Hi, where do you come from?"tanyaku.
"Germany, and you?"tanyanya balik.
"Indonesia,"jawabku dengan bangga.
"Nice to meet you,"dia tersenyum.
"Nice to meet you too,"aku membalas senyumannya.

Setelah semuanya keluar dari kantor tersebut, kami lalu masuk kembali ke minivan untuk diantar sesuai dengan tujuan masing-masing. Sesuai dengan intruksi si Sasha, kami minta diturunkan di Tesco Lotus. Karena Sasha akan menjemput kami disana. Ternyata jarak antara kantor travel and tour agent tadi sangat dekat dengan Tesco Lotus.

Saking laparnya, buru-buru kami masuk ke Tesco. Karena dari kejauhan kami melihat ada KFC di Tesco. Selain harga KFC di Thailand dan di Indonesia sama saja, mungkin ini pilihan yang lumayan murah untuk mengisi perut kali ini. Tapi sebelum ke KFC, kami mampir dulu di counter hp membeli sim card Thailand untuk menghubungi Sasha. Harga sim cardnya kurang lebih sama seperti di Indonesia.

Sedang asyik mengganjal perut di KFC, dari arah pintu datanglah seorang pangeran gagah perkasa. Ok, bukan pangeran, tapi Sasha yang muncul dan menghampiri kami.

"Hi, Sasha. They are my friends,"Aku menyapanya seramah mungkin. Kemudian salam-salaman mengenalkan diri masing-masing.
"Hi, nice to meet you, guys,"balasnya singkat sambil menarik satu kursi dan duduk disampingku.

Kesan pertama bertemu Sasha, menurutku Sasha sangat pemalu. Dia sering menunduk dan tersenyum malu-malu. Tapi lucu juga melihat tingkahnya seperti itu. Bikin aku gemes, hahaha. Baiklah, ini hanya kesan pertama. Takut dia menunggu lama, akhirnya kami lahap makanan dengan kilat. Here we go!!


***
"Dimana apartemenmu?"tanyaku sambil mengikuti langkah kakinya tepat dibelakangnya.
"Tidak jauh, dekat dari sini,"Sasha menunjuk ke arah yang aku tidak tahu pasti tepatnya.
"Ah, okay,"aku menyahut sekenanya.

Berjalan kaki dengan menggendong backpack 75 liter itu sesuatu. Aku pikir apartemennya tidak jauh menurut versiku, tapi aku salah. Tidak jauh itu menurut versinya. Tidak sedekat yang aku kira. Dia berjalan sangat cepat. Aku dan Gitya tidak sanggup berjalan secepat dia. Dini, mau tidak mau harus mengimbangi kecepatan kaki Sasha karena Dini menemani Sasha mengobrol.

"Ah gila juga ini bule, pegel euy,"Aku mulai mengeluh.
"Iya, pegel ini.,"Gitya setuju," Liat aja tuh betis dia. Udah kaya pemain kesebelasan aje," tambahnya.
"Haha iya bener, betisnya aja segede gitu. Pasti sering jalan kaki atau enggak naik gunung,"Aku mengira-ngira. Gitya hanya mengangguk setuju.

Sengatan matahari yang luar biasa membuat peluh menjalar ke penjuru tubuh. Sesekali aku menyeka keringat. Aku dan Gitya tertinggal jauh dibelakang Sasha dan Dini. Entah apa yang ada dipikiran Sasha, tiba-tiba dia menengok kebelakang dan tersenyum melihat kami yang tampak lelah dan tertinggal jauh dibelakangnya. Melihat senyumnya yang manis, aku bersemangat kembali. Hap Hap!! *lupakan.

"It's Alrigth,"Aku membalas seyumannya. Kemudian dia melanjutkan langkahnya.
"Lama-lama betis aku jadi segede dia nih,"kataku sambil membetulkan letak backpack.
"Hahaha, bener-bener. Lama-lama betis kita seperti pemain kesebelasan,"tambah Gitya .

Akhirnya, setelah 15 menit berjalan, kami sampai juga di apartemennya. Tapi sebelum masuk halaman apartemennya, kami dijaga segerombolan anjing yang siap mendekat. "Oh my God, aku takut!!" batinku. Spontan Dini mendekati Sasha karena ternyata dia juga takut anjing, lebih takut dari aku malah. Atau mungkin juga ini alibi Dini aja biar bisa dekat-dekat Sasha? haha.

***

Aku mengedarkan pandangan keseluruh ruangan apartemenya. Menurutku, ini bukan apartemen. Mungkin lebih tepatnya kamar kos. Karena hanya sebuah ruangan dengan kamar mandi dan balkon. Balkonnya pun tidak begitu luas. Dikamar itu hanya ada ranjang ukuran large, tapi bukan spring bed, dan lemari besar.

"Kau tinggal sendiri disini?"tanyaku sembari meletakan backpack.
"Enggak, aku ada roommate. Dia orang Rusia,"jawabnya. "Kalian hanya satu malam disini?"lanjutnya.
"Iya, awalnya dua hari, tapi kami terlalu lama di Krabi. Jadi, untuk mengejar waktu, kami hanya semalam disini,"jelas Gitya dengan kemampuan bahasa inggrisnya yang diatas rata-rata.
"Oh, okay. Lalu, rencana kalian hari ini apa?"
"Mungkin besok kami ke Patong beach,"Aku duduk dan menyandarkan punggung ketembok.
"Naik apa ya kalau kami ingin kesana?"Gitya lanjut bertanya.
"Naik apa?"Sasha mengerutkan dahi dan tampak bingung,"Aku kurang tau naik apa untuk ke Patong karena aku sering hitch-hike."tambahnya.
"Hitch-hike? what's that?"tanyaku dengan polosnya.
"Stop-in mobil dijalan dan numpang,"tegasnya.
"Seriusan?"kami bertanya seolah-olah tidak yakin.
"Serius. Aku dari Ukraina sampai ke Phuket ini ya hitch-hiked,"Sasha mencoba meyakinkan kami. Dia menceritakan pengalaman hitch-hiked-nya dengan alat pendukung, peta dunia, yang dipajang di dinding kamarnya. Cukup menarik sekali, pikirku.
"Enggak deh, gila aja dia nyuruh kita jalan kaki,"celetuk Dini dalam bahasa Indonesia agar Sasha tidak mengerti apa yang dia katakan.
"Aku juga enggak deh nyetopin mobil,"Gitya menambahkan.

Aku mencoba tetap cool. Sejujurnya, aku juga tidak yakin hitch-hike, karena selama ini aku belum pernah. Sedangkan di Indonesia saja rasanya was-was sekali bagi kaum hawa untuk hicth-hike. Bukan bermaksud tidak percaya dengan negara sendiri, tapi banyak sekali orang yang akan memanfaatkan kesempatan ini. Aku yakin, tidak semua orang Indonesia berniat jahat seperti itu. Masih banyak orang Indonesia yang tulus menolong hitch-hiker. 

"Kalian coba aja hitch-hike,"saran Sasha.
"Nanti enggak ada mobil yang mau berhenti, kan wajah kami seperti orang Thailand,"tolak Gitya.
"Justru wajah kalian seperti orang Thailand pasti ada mobil yang mau berhenti,"Sasha lagi-lagi menunjukan senyum manisnya.
"Oh iya, ini aku ada map Phuket. Bawa saja untuk besok,"katanya sembari memberikan kami sebuah map Phuket.

Sedang asyik melihat-lihat map Phuket, tiba-tiba datang seorang laki-laki bule memakai jeans dan kaos bewarna hijau. Aku taksir tingginya sekitar 170cm. Bule kurus itu masuk ke kamar dan menyapa kami dengan ramah.

"Hai,"Sapanya sambil merapikan rambutnya yang pirang.
"Hai juga,"kami membalas.
"Kenalkan, dia roommate-ku yang aku ceritakan, Ivan,"Sasha membuka perkenalan. Lalu kami pun bersalaman dan berkenalan satu per satu.


***

"Aku laper,"keluhku dengan perut yang keroncongan.
"Sama,"kata Gitya dan Dini serempak.
"Cari makan yuk,"ajakku.
"Dimana malam-malam begini? Daerah sini kan sepi. Mana gelap pula, horor,"kata Dini 
"Iya juga sih,"aku sependapat dengan Dini.
"Ke Tesco Lotus aja, gimana?"usul Gitya.
"Ya sudah, yuk!"jawabku setuju.
...
"Sasha, kami mau ke supermarket,"Aku berpamitan.
"Hmm, bagaimana kalau kita bareng-bareng saja? Sekalian makan malam,"usul Sasha.
"Boleh juga,"sahut Gitya.

Tanpa banyak basa-basi kami pun pergi ke supermarket. Lagi dan lagi kami berjalan kaki, kecuali Ivan, dia berdahulu pergi dengan motor. Curang sekali si Ivan. Tapi berjalan kaki juga tidak masalah, sih. Lumayan untuk melatih jiwa backpacker, haha. Sasha memang juara sekali dalam hal jalan kaki. Mungkin kalau ada kejuaran jalan kaki tercepat, Sasha pasti jawaranya. Sedangkan aku, aku memang payah. Aku tidak pernah mampu mengalahkan langkahnya. Dia berjalan terlalu cepat, bagiku.

"Masih jauhkah supermarketnya?" tanyaku kepada Sasha ditengah-tengah perjalanan.
"Hmm..enggak kok, dekat,"jawabnya.

20 menit kemudian..

Di sebuah pasar..
"Nah, Ini supermarketnya,"Sasha membuat kami shock.
"Apa? Supermarket?"Gitya mengedarkan pandangan ke sekeliling pasar.
"Iya ini, kalian mau beli apa? Disini ada ikan, sayur, dan lain-lain,"kata Sasha dengan entengnya.
"Ah, dia pikir supermarket itu pasar besar (Super Market) ,"aku berbisik kepada Gitya dan Dini.
"Atau kalian mau makan?"tanya Ivan. Sepertinya Ivan tahu kalau kami tidak tertarik dengan supermarket yang dimaksud Sasha.
"Kita makan saja, yuk,"Gitya bersemangat.
"Kalian mau makan apa? Pork or what?"Ivan bertanya kepada kami dengan sopan sekali.
"No, we don't eat pork,"jawab kami.
"Me too,"Ivan tersenyum,"Aku tau makanan no pork daerah sini. Yuk!"ajak Ivan.
"Let's go!"seru Sasha.

***

Kami makan dengan lahapnya. Mungkin kami terlalu lapar saat itu atau mungkin masakannya memang enak. Dua-duanya sih. Disamping laper, masakannya juga enak dan harganya sangat bersahabat dengan kantong. Setelah kami selesai menghabiskan kudapan, tiba-tiba datang seorang wanita bule menghampiri Ivan dan mengajak Ivan pergi. Entah siapa. Sempat dikenalkan kepada kami, tapi memang dasar aku susah sekali untuk mengingat nama orang diawal perkenalan. Jadi, aku tidak tahu siapa namanya.
  
"Ah si ganteng Ivan udah punya cewek ternyata,"Dini merasa kecewa.
"Haha, memangnya enak,"aku meledek Dini dengan tertawa setan.
"Enggak apa-apa sih, kan masih ada Sasha,"Dini tersenyum membela diri sambil melirik Sasha.
"Dasar kau!"aku menjitak kepala Dini.
"Eh, aku mau beli roti dulu untuk sarapan besok,"kataku kepada Sasha.
"Ok, didekat sini ada Seven Eleven kok, yuk."

Kemudian kami bertiga berlalu dari rumah makan tersebut. Hanya berjalan beberapa langkah saja, kami sampai di Seven Eleven yang Sasha maksud. Membeli apa saja yang kami perlukan. Aku hanya membeli roti untuk sarapan esok hari dan sebotol air mineral. Maklum selama trip aku memerlukan banyak air mineral. Apalagi di tempat yang cukup panas seperti Phuket, gampang membuat tenggorokanku kering.

Setelah aku merasa cukup dengan apa yang aku butuhkan, aku menyudahi kegiatan belanja. Ketika aku ingin keluar, aku heran melihat Dini yang berdiri lama di depan pintu Sevel. Sasha tersenyum kecil melihat Dini tidak keluar dari Sevel.

"Apa yang kau lakukan?"Sasha tersenyum.
"Nunggu pintunya kebuka,"Jawab Dini polos.
"Hahaha, kau ini lucu sekali. Berdiri sampai kapan pun, pintunya tidak akan kebuka kalau kau tidak membukanya. Ini tidak otomatis," kemudian Sasha membuka pintu Sevel. Dini tertawa dan merasa malu mendengar pernyataan Sasha.
"Ah, tololnya aku,"Dini benar-benar malu dan menyalahkan dirinya sendri.
"Hahaha dasar kau,"tambahku.

Di tengah perjalanan pulang, gerimis menemani setiap langkah kami. Dini dan Gitya berjalan bersama, sedangkan aku dan Sasha berjalan dibelakang mereka. Tiba-tiba Sasha berhenti disebuah pohon yang memiliki daun yang sangat lebar, entah apa nama pohonnya. Aku pun menghentikan langkahku dan menunggunya. Dia mengambil satu daun dan memayungi aku dengan daun tersebut. Aku terkejut dan tentu saja senang.

"Aww, you are so sweet, Sasha. Thanks!"kataku malu-malu tapi mau.
"You're welcome. Aku tidak ingin kau kehujanan, Gita."
"Tidak ingin aku kehujanan? Kenapa enggak dari tadi, sudah basah seperti ini,"batinku.

Benar-benar malam yang indah di Phuket, berjalan ditengah gerimis bersama seorang cowok ganteng dan dipayungi pula. Ah, Thanks God!!


***

Senin, 27 Agustus 2012

My First Trip

Aku yakin kalian semua pernah bermimpi ingin menginjakan kaki ke luar negeri. Dan aku pun demikian. Waktu aku kecil, aku ingin sekali ke luar negeri. Ingin merasakan atmosphere kehidupan di sana, mencoba makanan khasnya, mengunjungi tempat-tempat wisata, dan lain-lain. At least  aku bisa berkunjung ke negara tetangga dulu, Singapore atau Malaysia. Who knows?? Terkadang aku mengkhayal kalau seandainya saja sekarang ini aku ada di Singapore, apa yang akan aku lakuin sekarang ya? Pasti aku udah foto mesra sama singa putih yang gagah perkasa, Ikon negara Singapore yang terkenal sentero jagad. Sering aku  ngobrol sama temen-temen kampus, yang ngakunya suka jalan-jalan, tentang mimpi kita ke luar negeri. Tapi sayang temen-temen  hanya omdo alias omong doang. Mereka ingin but no action. Aku mencoba mengajak mereka mewujudkan mimpi, salah satunya dengan membuat paspor terlebih dahulu, tapi mereka dengan entengnya bilang," nanti aja, buat apa sih lo bikin paspor sekarang? bikin paspor pasti mahal. Lagian  bisa nanti-nanti bikinnya. Lo pikirin aja gimana caranya lulus kuliah cepet". Batinku langsung berontak,"Eh, lo pikir dengan gue gak bikin paspor, gue bisa cepet lulus gitu? Please deh, gue telat lulus karena emang tugas akhir gue terlalu susah buat gue selesain. Gak juga sih, emang dasar gue males aja kali ya". Ok, lupakan.

Sering pula aku menatap nanar website salah satu maskapai yang menampilkan iklan tiket promo ke luar negeri. Aku enggak bisa berbuat apa-apa. Secara pada saat itu aku belum punya paspor dan yang aku pikirkan adalah masalah budget. Aku mengira aku harus membawa duit segepok kalau aku mau plesiran ke luar negeri. Sumpah, aku buta sama hal-hal yang berhubungan dengan luar negeri. Kamseupay banget ya gue. Padahal waku itu believe or not Air Asia mengadakan promo Rp 0,- all destination. Oh my God, Gila ga tuh? Tapi kalian tau enggak sih, ternyata bisa saja loh beli tiketnya dulu dan paspornya bisa nyusul. Lagipula tiket promo yang ditawarkan biasanya untuk perjalanan beberapa bulan kemudian. So, It’s okay kalau kita belum punya paspor. Yang penting ketika kita akan berangkat paspor sudah ditangan. Aku memang kurang giat mencari informasi tentang hal ini. Sudahlah. 

Nah, karena aku ini salah satu orang yang suka nekat. Akhirnya, bulan November 2011 pergilah aku ke imigrasi bikin paspor. Setelah 10 hari menunggu dengan 3 kali bolak-balik ke kantor imigrasi, paspor hijau pun jadi juga. Ini karena aku yang norak atau apa sih. Tapi percaya enggak percaya, rasanya setelah bikin paspor itu senengnya luar biasa. Tujuh hari tujuh malam enggak bisa tidur (Ok, yang ini lebay). Tapi serius enggak pake sambel eh enggak pake bohong maksudnya, seneng banget. Padahal aku belum tau mau pergi kemana. Yang penting bikin dulu dah. (baca:  http://backpackeriang.blogspot.com/2012/08/cara-mengurus-paspor-di-bandung.html  )

Sampai suatu hari, tak lama setelah memiliki paspor, Tuhan menjatuhkan mimpi yang sempat kutitipkan ke angkasa. Traveling Abroad. Awalnya hendak mengunjungi Negeri Singa saja. Namun, mbak Claudia Kaunang dengan bukunya yang berjudul 'Rp 2 juta Keliling Thailand, Malaysia, Singapore' cukup memprovokasiku untuk tidak sekedar menginjakan kaki di Singapore. Tapi, Thailand dan Malaysia juga.

Rp 2 juta Keliling Thailand, Malaysia, & Singapura


Hayooo...siapa yang enggak ngiler pengen jalan-jalan? Dengan Rp 2 juta saja sudah bisa melihat 3 negara. Pasti kalian yang belum tahu buku ini enggak percaya begitu saja. Pasti kalian bertanya-tanya masa sih 3 negara cuma Rp 2 juta?!!! Awalnya, aku juga enggak percaya. Karena yang aku tahu ke Singapore saja seenggaknya bawa uang Rp 1 juta, terus 2 negara yang lain? Kemudian aku memberli bukunya dan kalian tahu apa. Aku tertarik dan penasaran untuk mencoba. Mumpung sudah punya paspor, langsung saja aku cari-cari tiket promo dan kebetulan dapat travelmates yang ingin kesana juga. Dengan kesepakatan bersama, kami menentukan tanggal berangkat tanggal 1 Maret 2012 dan pulang 11 Maret 2012. Jadi, kami membeli tiket 3 bulan sebelum keberangkata. Oh iya, Rp 2 juta ini diluar tiket pesawat ya :)

Meskipun dengan panduan buku tersebut dan beberapa sumber lain, tapi aku dan 2 orang travelmates-ku melalui rute berbeda dengan Mbak CK a.k.a Claudia Kaunang. Kalau Mbak CK dengan rute Jakarta-Bangkok dan Singapura-Jakarta. Sedangkan kami justru sebaliknya. Jakarta-Singapura dan Bangkok-Jakarta. Do you know why? Karena pada saat kami membeli tiket, tiket murah yang kami dapat adalah dengan rute seperti itu untuk bulan Maret 2012. Jakarta-Singapura via Tiger Airways Rp 250.000,- dan Bangkok-Jakarta via Air Asia Rp 699.000,- (yang ini lumayan mahal), jadi total tiket PP Rp 250.000,- + Rp 699.000,- = Rp 949.000,- Nah, selain itu kami juga membeli tiket Phuket-Bangkok via Air Asia Rp 300.000,- lumayan murah sih menurutku. Tapi, memang lebih murah naik bus. Hanya saja kami tak ingin berada selama 12 jam di bus. Karena lama perjalanan Phuket ke Bangkok sekitar 12 jam, sedangkan dengan pesawat hanya 1,5 jam (ya iyalah, naik pesawat). Well, total tiket pesawat Rp 250.000,- + Rp 699.000 + Rp 300.000,- = Rp 1.249.000,-

Padahal berangkat 3 bulan kemudian, tapi selama 3 bulan itu juga aku merasa sangat excited. Selain membuat itinerary, aku juga harus meyelesaikan tugas akhirku. Pokoknya aku usahain gimana caranya aku bisa sidang di bulan Januari. Kalau tidak, bisa gagal rencana trip pertamaku. Tapi aku yakin, Tuhan menjawab mimpiku. Alhamdulillah, tepat akhir Februari semua urusan kelulusan dan wisuda sudah beres. Thanks God!!!

Tiket pp sudah ditangan, itinerary sudah fix, packing sudah beres, dan ransel sudah siap. Yes, mimpi itu benar-benar terwujud untuk pertama kalinya. It was my first amazing trips to abroad ever.





Cara Mengurus Paspor di Bandung


"Finally, I have had a passport, yeaaay!! Alhamdulillah."

Norak sih kedengerannya. Baru punya passport aja udah kayak dicium sama Taylor Lautner. Tau lo siapa dia? Pasti taulah. Hari gini gak tau sama Taylor Lautner? Helloooo, kemana aja sih lo? Pasti gak pernah nonton Twilight deh. Apaan banget sih gw, kok malah bahas si ganteng yg bukan siapa-siapa gw. Kan gw mau bahas passport baru gw. Cie..yg baru punya passport. Ndesooo!!

Okeh. Lanjut. Intinya disini itu gw mau berbagi sama lo semua yang lagi gak sengaja mampir di blog gw atau yang emang bener-bener niat lagi pada mau bikin passport tanpa calo dengan berusaha sekuat tenaga mencari gimana cara-caranya di search engine atau yang lebih kita kenal dengan sebutan "Mbah Google". Coz, asal kalian tau, sebelum gw nekat pergi ke imigrasi dan ngurus sendiri, gw juga searching dulu. Alasannya sih biar gw gak kena tipu si calo atau biro jasa deh. Well, This is it. 

Jujur dari lubuk hati gw yang paling dalem dan demi apaan aja deh, ngurus sendiri itu lebih murah biayanya ketimbang diurusin sama calo atau biro jasa (yaealahhh, namanya juga diurusin orang lain, pasti lebih mahal #plakk). Tapi yah yang namanya ngurus sendiri itu sih agak ribet. Eh, gak ribet ding, cuma aja antrian di imigrasinya itu emng bener-bener bikin mati gaya. Tiap hari ada aja yang datang dan ngantri di Kantor Imigrasi. Entah ngapain gw juga gak paham. Yang gw paham tiap hari ANTRI. So,Budayakan Antri. What?? Mulai ngawur nih gw.

Well, jadi gini caranya ngurus sendiri, simak ya (Kantor Imigrasi Kelas I Bandung):
  1. Lo dateng aja langsung ke kantor imigrasi sepagi-paginya, sebelum pukul 08.00. Plis ya, ditahap ini jangan lo tunjukin tampang lo yang gak tau apa-apa. Masalahnya di depan kator imigrasi banyak banget calo atau biro jasa yang beredar. Daripada tampang bego lo ketangkep basah para calo dan biro jasa, mending lo langsung ke koperasi beli map kuning, sampul passport, dan materai 6000. Harganya Rp 10.000,00 dan materainya Rp 7.000,00. Jadi totalnya Rp 17.000,00
  2. Ambil formulir dan surat pernyataan di loket pengambilan formulir disamping kiri pintu masuk kantor imigrasi dan tunjukan map kuning plus sampul passport yang sudah dibeli di kopersi tadi. Katanya sih formulir dan surat pernyataannya gratis, tapi kalau mau ambil formulir dan surat pernyataan harus tunjukin map kuning dan sampul passport. Jadi maksudnya? Yasudahlah...Tunjkin aja. hehe..^_^
  3. Tahap ini sih terserah kalian. Kalian boleh isi formulir dan surat pernyataan langsung pada saat itu juga atau besoknya, besoknya, dan besoknya lagi. Tapi kalau kata gw sih mending isi langsung di tempat pada saat itu juga. Itu pun kalau lo mau cepet punya passport. Nah, kalau mau isi form pada saat itu juga, sebelum ke kantor imigrasi kalian harus siapin dokumen-dokumen yang penting, yaitu: Photocopy beserta aslinya Akte LahirKartu Keluarga (KK)KTP (Terserah KTP daerah mana aja), dan Ijazah SMA. Dokumen-dokumen ini sih buat yang masih berstatus pelajar diatas 17 tahun dan mahasiswa. Kalau diluar itu, maaf gw kurang tau. Peace... 
  4. Kalau sudah beres isi form dan yakin, langsung aja lo ambil nomer antrian. Lo minta aja ke Pak Satpam. Silakan duduk dan tunggu nomer antrian lo muncul di layar. 
  5. Ketika nomer antrian lo muncul, lo langsung aja serahin semua map kuning yang berisi dokumen-dokumen penting itu tadi dan nomer antrian lo. Setelah dokumen lo di cek petugas dan dirasa cukup, si petugas ngasih lo tanda terima permohonan. Kertas kecil gitu sih. Disitu ditulis kapan lo diharap menghadap kembali. Menghadap itu untuk bayar administrasi Rp 255.000,00, foto dan wawancara.
  6. Ditanggal yang sudah ditetapkan (gw sih sekitar 3 hari setelah ngasih dokumen-dokumen), lo balik lagi. Jangan lupa bawa tanda terima permohonan. Sebisa mungkin lo datang sepagi-paginya. Biar antrian lo gak lama. Ya sebelum pukul 08.00 lah lo datang ke kantor imigrasi.
  7. Langsung aja ke Pak Satpam yang berdiri didekat pintu masuk dan minta nomer antrian untuk pembayaran. Silakan duduk dan tunggu sampai nomer antrian lo muncul dilayar.
  8. Kalau nomer antrian lo sudah muncul, langsung aja ke kasir serahkan nomer antrian dan tanda terima permohonan yang kemarin. Tunggu beberpa menit dan nama lo akan dipanggil lagi untuk bayar.
  9. Setelah tahap 8 selesai, lo tunggu aja untuk dipanggil foto dan wawancara. Foto gak boleh pakai lensa kontak atau kacamata. Kalau wawancaranya sih gak kaya wawancara kerja kok. Biasa aja. Palingan ditanya mau pergi kemana? That's it.
  10. Selesai foto dan wawancara, si petugas akan ngasih lo selembar tanda pengambilan passport yang tertera kapan lo bisa ngambil passport-nya. Kalau gw sih 5 hari setelah gw foto dan wawancara. 
  11. Sesuai tanggal pengambilan yang telah ditetapkan, lo balik lagi ke kantor imigrasi dan jangan lupa bawa lembar tanda pengambilan passport. Tapi kalau tahap ini sih lo ga dituntut untuk datang pagi-pagi. Karena untuk pengambilan passport dibuka pukul 13.00-16.00, khusus untuk pengambilan passport aja loh...
  12. Langsung ke loket pengambilan dan tancepin tanda pengambilan passport. Tunggu sampai nama lo dipanggil. Terus tanda tangan pengambilan. Dan akhirnya...jeng jeng...Lo punya passport!!!
Nah, gampang kan? Selain itu murah juga ngurus sendiri. Cuma Rp 10.000,00+Rp 7.000,00+Rp 255.000,00 = Rp 272.000,00. Kalau ada biaya diluar itu, gw gak tanggung jawab. Ini gak termasuk biaya parkir motor/mobil, biaya lo ngangkot sampai ke kantor imigrasi, biaya bensin motor/mobil lo, biaya makan lo, dll :)

Ok, Selamat Mencoba. Good luck!!!

Minggu, 26 Agustus 2012

Sambutan Hujan di Hat Yai


Tidak ada banyak hal yang bisa saya ceritakan tentang Hat Yai karena ini kali pertama saya mengijakan kaki di Hat Yai yang hanya dalam waktu beberapa jam saja. Memang benar seperti yang dikatakan banyak orang  tentang 10 Baht di dalam paspor. Di kota ini saya mengalami hal yang sama. Sopir minivan yang saya tumpangi meminta para penumpang untuk menyelipkan 10 Baht di dalam paspor. Tanpa banyak bertanya, saya lakukan saja sesuai permintaan sang sopir. Lagipula percuma saya bertanya. Si sopir tidak bisa berbahasa Inggris dan saya tidak bisa berbahasa Thailand.

Di imigrasi Thailand, saya melihat dua antrian yang lumayan panjang di pos berbeda. Saya jadi agak deg-degan saat mengantri. Terlihat diantrian yang paling depan seorang bule perempuan yang ditanya-tanya cukup lama oleh petugas. Entah ditanya apa saya kurang tahu. Ketika tiba giliran saya, saya pun komat-kamit berdoa agar diberi kemudahan. Saking takutnya. Setelah beberapa menit petugas memeriksa paspor saya, akhirnya paspor saya nambah satu cap stempel lagi dan petugas mengembalikan paspor saya sambil tersenyum. Alhamdulillah, ternyata gampang dan tidak lama bagi saya untuk mendapatkan ijin masuk negara Thailand :)

Beres urusan migrasi, minivan yang saya tumpangi pun melaju menuju kota Hat Yai. Sepanjang perjalanan ditemani dengan hujan yang lumayan deras, di pingggir jalan saya melihat banyak tempat makan yang berlabel halal dengan simbol bulan dan bintang. Sering juga saya menjumpai perempuan-perempuan berjilbab disini. Penumpang yang duduk di depan saya pun perempuan berjilbab. Dan kalau saya dengar dari  percakapan dia dan laki-laki disampingnya-suaminya-sepertinya mereka orang Thailand. 

Sekian lama saya menunggu, minivan saya belum sampai juga di kota Hat Yai. Karena saya merasa bosan diperjalanan, sesekali saya memutar playlist yang ada di ponsel saya, sesekali saya mengobrol dan bercanda dengan travelmates saya. Tak terasa tiba juga di kota Hat Yai tepat pukul 07.00 PM waktu setempat. Sopir minivan saya langsung menurunkan saya di depan counter tiket bus. Sesuai permintaan saya dan travelmates saya. Sebelum berangkat ke Hat Yai, kami meminta sopir untuk menurunkan kami di tempat yang menyediakan tiket bus ke Krabi. Walaupun beliau tidak begitu paham English, tapi untung saja beliau mengerti maksud kami. Karena hujan yang cukup deras, seegera kami berlari ke counter tersebut.  

Big bus yang akan mengantar kami ke Krabi pun akhirnya datang. Langsung saja kami masuk ke bus dan mencari nomer kursi yang tertera ditiket. Salah satu travelmates saya, Gitya, merasa sial saat itu. Dia mendapatkan kursi bus yang basah karena tetesan air dari AC. Mencoba berpindah ke kursi belakang, ternyata nasib kursi belakang sama saja. Basah. Dengan terpaksa dan tidak ada pilihan lain, akhirnya dia duduk di kursi tersebut.

Tepat di belakang saya, ada seorang laki-laki bule ganteng dengan memakai t-shirt bewarna hijau daun dan rambut agak sedikit plontos. Sebenarnya agak sedikit kurang jelas sih saya melihat dia karena malam dan lampu di bus tidak terlalu terang bagi saya. Saya tebak usianya sekitar 27 tahun. Tak sengaja saya melihat ke  belakang dan dia pun melempar senyum ke arah saya. Seramah mungkin saya membalas senyumnya. Dengan iseng saya menantang seorang travelmates saya, Dini, yang duduk disamping saya. Kebetulan dia termasuk bule lovers.

"Tuh ada bule ganteng di belakang gw," tangan saya sengaja menyikut tangan Dini.
"Iya ganteng, mana dia tadi senyum-senyum mulu ke gw," katanya pede.
"Berani gak lo nyapa dia? Lo tanya aja, do you want to go to Krabi? Berani ga?" saya mengajukan tantangan.

Tanpa menjawab tantangan saya, Dini langsung saja nyelonong menyapa si bule yang tak berdosa itu. Alhasil terjadilah obrolan singkat antara saya, Dini, Gitya, dan si bule. Setelah berkenalan dan ngobrol ngalor-ngidul dengan si bule, akhirnya kami tahu siapa namanya dan darimana asalnya. Namanya Dan, asal London. Tak berapa lama, obrolan kami pun berhenti karena suhu AC di bus sudah mulai mendingin dan hujan di luar tak kunjung reda. Menambah suhu semakin bertambah dingin. Masing-masing kami mengenakan selimut yang disediakan di bus. Ditemani dengan alunan lagu Thailand yang mendayu-dayu, kami pun akhirnya terlelap juga.